PDM Kota Cirebon - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kota Cirebon
.: Home > Artikel

Homepage

Efek Ganda Tunjangan Sertifikasi

.: Home > Artikel > PDM
25 Desember 2011 05:53 WIB
Dibaca: 2641
Penulis : Sukardi

 

Kontroversi tak pernah sepi sejak digulirkannya dana atau tunjangan sertifikasi bagi  para guru di republik sarat korupsi ini. Dari mulai pihak yang mempertanyakan efektifitas tunjangan tersebut bagi peningkatan kinerja guru sampai makiin terbebaninya anggaran rutin APBN akibat dikeluarkannya dana tersebut. Kalangan yang mempertanyakan mubazirnya dana yang besarnya satu kali gaji ini berargumentasi bahwa tidak ada peningkatan yang signifikan atas peningkatan kualitas pendidikan, bahkan alih-alih meningkatkan kualitas pendidikan, malah banyak diantara para guru penerima dana  ini yang kinerjanya lebih buruk dari para guru honor. Jam mengajar yang tidak mencapai 24 jam, frekuensi ketidakhadiran di sekolah yang relatif banyak, kerap terkena razia yang dilakukan oleh Satpol PP di jam-jam efektif dinas serta berbagai kejadian lain yang berkonotasi negatif.

Membebani belanja rutin APBN khususnya belanja pegawai adalah keberatan yang sangat jelas statistiknya. Defisit anggaran yang ditutupi dengan pinjaman lunak dari lembaga donor internasional bisa jadi salah satunya untuk memenuhi dana sertifikasi guru ini. Dan yang lebih menyesakkan dada, terutama bagi pemerhati dunia pendidikan adalah,  Koran Kabar Cirebon pernah dalam salah satu edisinya memuat hasil investigasi yang mengaitkan tingkat perceraian di kalangan guru akibat penerimaan dana sertifikasi ini. Para guru (terutama wanita) lebih berani untuk mengambil sikap terhadap kondisi iklim keluarga yang dianggap tidak kondusif bagi kebahagiaannya. Atau bagi guru pria, peluang meningkatnya kesejahteraan ekonomi memunculkan angan-angan untuk mengambil istri lebih dari satu.    

Ada kesan kuat bahwa para guru dianggap tidak memiliki kecerdasan finansial dan cenderung mengejar kebutuhan yang artifisial dibandingkan  mengejar kebutuhan investasi untuk masa depan, baik  peningkatan ‘soft skill’ berupa kualitas intelektual bagi keberhasilan proses pembelajaran di kelas maupun menanamkannya dalam sebuah usaha atau membeli saham suatu perusahaan.

 

Peningkatan Permintaan Agregat

            Investigasi yang dilakukan wartawan KC tentang meningkatnya perceraian di kalangan guru pasca digulirkannya tunjangan sertifikasi bisa jadi hanya bersifat kasuistis dan regional. Prosentase guru wanita yang memilih bercerai setelah merasa kuat secara ekonomi dari suaminya jauh lebih kecil dibandingkan guru yang memilih tetap mempertahankan perkawinannya demi masa depan anak-anaknya. Begitu juga dengan kasus guru pria yang mencari istri kedua melalui nikah siri.

            Kebijakan pengguliran dana sertifikasi bagi para guru oleh pemerintah sebenarnya lebih bersifat makro. Dalam jangka pendek dana yang diterima oleh para guru yang secara kuantitas mencapai puluhan juta orang, secara makro ekonomi akan  meningkatkan daya beli para guru dan secara langsung meningkatkan permintaan secara agregat. Meningkatnya permintaan agregat akan berdampak pada peningkatan jumlah produksi yang ada di masyarakat (dalam rangka memenuhi permintaan agregat tersebut). dan secara tidak langsung akan menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi. Jumlah pengangguran akan berkurang,  daya beli secara umum juga semakin membaik dan pemasukan pajak buat pemerintah juga akan meningkat.

            Multiplier effect yang ditimbulkan oleh bergulirnya dana sertfikasi yang telah diprediksi pemerintah tersebut akan memicu pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan. Disisi lain, dengan meningkatnya pendapatan para guru akan mengangkut ‘status ekonomi profesi guru’ di mata masyarakat. Profesi guru secara sosial akan mengalami peningkatan strata , yang semula mendapat julukan umar bakri dengan gaji cukup untuk beli tahu dengan sepeda ontel dan baju kumuh menjadi profesi dengan gaji cukup untuk beli burger atau pizza dengan mobil dan baju berdasi.

            Para lulusan terbaik di tingkat SLTA sekarang ini sudah banyak yang memilih jurusan keguruan dalam pilihan studinya. Dengan gaji 4 sampai 5 juta (gaji plus sertifikasi)  per bulan tampaknya membuat generasi muda (dan para orang tua) berpikir lebih realistis untuk menafikan pilihan arsitektur atau kedokteran yang berbiaya jauh lebih mahal dibanding keguruan. Fakultas-fakultas keguruan dan ilmu pendidikan sedikit demi sedikit akan diisi oleh calon-calon guru yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Peserta didik yang ada di sekolah, empat atau lima tahun mendatang akan diajar, dididik, dibina  oleh guru-guru yang mempunyai kemampuan intelektualitas, emosi, spiritualitas dan teknologi yang sempurna.

            Bukan rahasia, di era akhir tahun 90 an hingga akhir abad 20, mahasiswa-mahasiswa yang menghuni fakultas-fakultas keguruan dan ilmu pendidikan adalah mahasiswa-mahasiswa ‘yang terlempar’ dari fakultas teknik, sosial maupun kedokteran. Menjadi guru adalah pilihan terakhir setelah tidak diterima di fakultas lainnya. Profesi guru adalah profesi yang ‘ apa boleh buat dari pada tidak ada pekerjaan lain’. Bisa ditebak bagaimana hasil kerja sebuah profesi yang ditekuni tanpa dedikasi total dari para pelakunya.

            Minat baca para guru bisa dikatakan rendah, padahal membaca merupakan aktivitas krusial dalam pengembangan profesi pendidikan. Penguasaan dan minat terhadap teknologi informasi untuk mendukung pembelajaran sangat lambat (para siswa bahkan lebih dahulu menguasainya). Metodologi pembelajaran yang digunakan oleh sebagian guru cenderung masih konvensional dan tidak menarik bagi para siswa yang jauh lebih maju cara berpikirnya. Dan yang lebih parah adalah keteguhan pendirian dan idealisme yang seharusnya dimiliki oleh pendidik sudah tidak lagi dimiliki oleh sebagian guru. Indikasinya adalah  kecurangan dalam Ujian Nasional terjadi di hampir semua propinsi di Indonesia. Pragmatisme yang dibalut dengan ideologi marxis yang menghalalkan segala cara, yang penting siswa lulus ujian menjadi ‘jalan lurus’ para guru, tanpa sadar bahwa perbuatannya tersebut justru menciptakan calon-calon koruptor masa depan.

            Para siswsa akan melihat perilaku tidak etis para guru dalam UN dan dalam benak para siswa akan tertanam bahwa cara apapun bisa dilakukan yang penting tujuan tercapai. Para guru secara tidak sadar   telah menanamkan racun keburukan di otak peserta didik yang relatif masih bersih.

 

Guru Visioner

            Beberapa saat setelah Kota Hirosima dan Nagasaki di bom tentara sekutu, sang Kaisar yang dianggap sebagai wakil Tuhan di Bumi oleh orang Jepang, melakukan inspeksi serta mencoba ikut menghitung berapa rakyat yang menjadi korban. Perintah pertama yang dikeluarkannya adalah  berapa jumlah guru yang masih hidup dan selamat dari pengeboman, bukan berapa dokter dan arsitek. Sang kaisar sangat memahami  bahwa di tangan para gurulah   bisa dihasilkan  dokter dan arsitek yang berkualitas, dan bukan sebaliknya.

            Di beberapa negara maju, baik maju secara ekonomi maupun teknologi dan peradaban ditemukan fakta bahwa profesi guru mendapatkan posisi terhormat dalam strata sosial mereka, salah satunya karena fee atau gaji guru berada di jajaran tertinggi, atau paling tidak, tidak jauh berbeda dengan profesi bergengsi  lainnya. 

            Upaya pemerintah Indonesia memberikan penghargaan tunjangan profesi guru sebesar satu kali gaji diantaranya adalah bertujuan agar lima atau sepuluh tahun mendatang, profesi guru ini akan diisi oleh para mahasiswa yang memiliki kualitas di atas rata-rata, baik secara intelektual maupun moral. Di masa mendatang tidak ada lagi guru yang malas mengajar dan memiliki kualitas paedogogis yang pas-pasan. Tidak ada lagi guru yang ketika  mendapat jabatan memimpin suatu institusi pendidikan  hanya memikirkan kesejahteraan ekonomi diri dan keluarganya dengan membajak dana-dana pendidikan secara membabi buta.

            Para siswa akan diajar oleh guru-guru yang memiliki visi dan idealisme kokoh terkait dengan  nasib negara dan bangsanya, guru-guru yang kritis dan peduli terhadap anomali yang terjadi di tengah maysyarakat. Dan pada gilirannya nanti, setiap institusi pendidikan akan menghasilkan manusia-manusia Indonesia berkualitas yang jauh dari sikap hipokrit, hedonis, egois, korup dan abai terhadap lingkungan sosialnya.


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website