PDM Kota Cirebon - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kota Cirebon
.: Home > Artikel

Homepage

Haji dan Kesalehan Sosial

.: Home > Artikel > PDM
14 Desember 2011 19:18 WIB
Dibaca: 1996
Penulis : Sukardi

 

 

Alhamdulillah, akhirnya saudara-saudara kita yang telah melakukan ritual haji dan umrah saat ini telah kembali berada di tengah-tengah keluarga dan kerabatnya. Keceriaan dan keharuan  sanak, familii, sahabat, yang menyambut mereka  begitu jelas teruar di tengah kedatangan para tamu Allah tersebut beberapa waktu lalu. Ketulusan dan semangat takwa begitu kental terlihat saat mereka melakukan shalat sunnah safar di Masjid tempat kedatangan daerah asalnya.

            Dogol yang malam itu berada disamping becaknya, menyaksikan pertemuan para tamu Allah dengan para keluarganya tersebut tanpa sadar juga ikut tersenyum. Meski Dogol tahu, tak akan ada diantara para haji itu yang akan menumpang becaknya karena rata-rata mereka dijemput dengan mobil, tapi tetap saja hatinya merasa nyaman. Perasaannya begitu terkesan  melihat lautan manusia yang mengelilingi orang-orang berkepala nyaris gundul karena ritual tahalul atau memotong rambut seusai melaksanakan ihram tersebut. Beberapa orang memeluk anak-anaknya dengan sedikit terisak, beberapa lagi terlihat berjabat tangan erat dengan sanak familinya.

            Melihat pemandangan seperti itu sebenarnya bukan yang pertama kali bagi Dogol, tahun-tahun yang lalu pun dia pernah melihat momen serupa. Secara kebetulan,  mungkin karena pertimbangan lebih sejuk, setiap tahun kedatangan haji selalu dilakukan malam hari, bertepatan dengan jadwalnya menarik becak. Saking seringnya melihat kedatangan rombongan haji, pernah dalam benak Dogol bahwa suatu hari nanti dia bisa seperti mereka. Mengelilingi Ka’bah, berlari-lari kecil dari Sofa-Marwah, bercukur dan menyembelih kurban. Tapi Dogol sadar, bahwa ibarat menggantang asap, itu hal yang sangat mustahil bagi dirinya yang hanya seorang penarik becak.

            Karena kemustahilannya itulah maka Dogol sangat menaruh respek kepada setiap orang yang telah menunaikan ibadah hji. Para haji itu  telah melakukan sesuatu yang sangat mulia, meninggalkan keluarga selama berminggu-minggu demi perintah Sang Khalik Yang Maha Mulia Tuhan Semesta Alam. Mereka telah diberi rizki ‘bertemu’ Rasulallah dan keluarganya, mereka telah menghirup udara yang sama dengan para sahabat-sahabat kecintaan Nabi di Madinah Al Munawarah. Mereka telah shalat berkali-kali di Masjidil Haram yang nilainya seratus ribu lebih banyak dibandingkan shalat di Indonesia. ‘Atmospir surga’ sepertinya sudah mereka hirup, Subhanallah…..

 

Kontribusi Positif

            Dogol berharap, kedatangan mereka  membawa berkah, terutama bagi orang-orang kecil seperti dirinya. Dogol yakin mereka telah berdoa di Raudhah atau di Multazam, tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarganya tapi juga bagi perbaikan dan kemajuan republik ini. Kelompok-kelompok kloter yang dibentuk oleh Kementrian Agama saat keberangkatan haji untuk memudahkan administrasi, ketika pulang berubah menjadi kelompok-kelompok strategis yang membantu perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan alam dan lingkungan sosial.

            Kelompok haji yang semula satu kloter dan bersama-sama menghirup ‘atmospir surga’ di Mekah Al Mukaramah itu saat kembali ke Indonesia berubah menjadi komunitas yang memiliki modal kuat (baik secara financial maupun moral dan manajemen) untuk melakukan perubahan-perubahan konstruktif di tempatnya berada. Bukan komunitas yang hanya ber’qiamullail’ khusuk di malam hari tetapi abai terhadap persoalan-persoalan masyarakatnya. Juga bukan komunitas yang hanya bertemu sebulan sekali melalui arisan haji, bernostalgia sembari makan korma tetapi menutup mata terhadap para pedagang-pedagang informal dan  nelayan yang tercekik bunga para rentenir.

            Predikat haji adalah predikat yang paling mulia dalam pandangan Dogol. Mereka telah menyerap spirit generasi awal muslim, yaitu generasi para sahabat. Para sahabat yang Dogol pernah dengar dari ustad kampung adalah orang-orang yang rela berbagi dengan sesamanya. Para sahabat adalah orang-orang yang sangat mengkhidmati pesan Rasul bahwa ‘orang yang paling baik adalah orang yang paling banyak memberikan kontribusi positif bagi orang lain’. Mereka selalu berada di front terdepan ketika  kesusahan atau kesengsaraan menimpa masyarakatnya. Kekhusuan shalat dan akumulasi dzikirnya termanifestasi dalam hiruk pikuk upaya mengangkat martabat dan harakat kaum marginal atau yang dimarginalkan oleh struktur  yang diciptakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

            Komunitas haji adalah komunitas yang terdiri dari berbagai latar belakang profesi dan keilmuan dengan satu kesamaan yaitu rata-rata merupakan kaum ‘aghniya’ atau dilebihkan secara ekonomi oleh Allah. Juga mempunyai kesamaan lain, yaitu pernah bersama-sama di ‘sibghatullah’ (dalam sebuah tafsir diartikan sebagai dilatih langsung Allah)  melalui ritual-ritual haji selama beberapa minggu. Fakta ini menunjukkan bahwa komunitas haji adalah komunitas yang memiliki potensi besar dibanding komunitas lain di negeri ini (dengan asumsi semua yang berangkat haji mendapatkan predikat mabrur).

            Karena predikat haji mabrur sesunguhnya adalah melekat pada  seorang haji yang telah menempatkan berbagai status sosial yang melekat dalam dirinya (baik status politik, profesi, keturunan, dan lainnya) dibawah statusnya sebagai seorang muslim sejati yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan. Seorang haji mabrur atau komunitas haji mabrur adalah komunitas yang berbuat dan berprilaku semata-mata

 

Redefinisi Visi dan Misi IPHI

            Mang Bukhori, seorang guru SD teman dekat Dokol, pernah berkata bahwa sebuah negara akan bisa maju apabila masyarakatnya mencintai ilmu dan memiliki kekuatan moral yang tinggi. Dua persyaratan ini telah dipenuhi oleh kekhalifahan di jaman keemasan Islam dulu dan beberapa negara Asia,  Eropa dan Amerika di era sekarang ini.

            Secara konseptual pentingnya ilmu serta moralitas tinggi bertebaran dalam khasanah pengetahuan Islam. Indonesia yang  umat Islamnya mayoritas tapi  tingkat pendidikan yang rendah dan tidak  merata memerlukan ketauladanan serta da’wah bil hal (terutama bidang ekonomi dan budaya). Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) merupakan salah satu komunitas haji terbesar  diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pembumian konsep cinta ilmu dan moralitas tinggi ini.

            Jumlah jamaah haji Indonesia setiap tahun tidak kurang dari dua ratus ribu orang. Dalam sepuluh tahun paling tidak  sudah ada sekitar dua juta orang, jelas ini sebuah aset yang luar biasa bagi umat Islam. Kalau saja aset ini dikelola dengan baik, maka angka kemiskinan dan jumlah anak putus sekolah bisa ditekan. Budaya korupsi dan penyebaran HIV/AIDS  juga bisa diminimalisir penyebarannya untuk kemudian dihabisi sedemikian rupa.

             Melihat fakta sosial yang menunjukkan bahwa fenomena terjadinya stagnasi angka kemiskinan dan tetap meningkatnya jumlah anak putus sekolah serta terus menyebarnya virus HIV di tengah masyarakat menunjukkan potensi IPHI belum dikembangkan secara optimal. Perlu dilakukan upaya reformasi  IPHI yang tidak hanya menjadi tempat untuk bernostalgia dan arisan tetapi lebih diarahkan kepada lembaga sosial yang memiliki visi eksteranl dan mampu menjadi kekuatan penyeimbang bagi muncul dan menyebarnya berbagai macam  penyakit sosial.

            Selamat datang wahai tamu Allah, semoga menjadi haji mabrur ……


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website